BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Selasa, 14 Februari 2012

TETES MATA DEKSAMETASON

I.                   TUJUAN
Mampu melakukan kajian preformulasi sediaan tetes mata sodium Dexamethason, mampu melakukan evaluasi sediaan tetes mata Dexamethason, mampu membuat brosur dan etiket sediaan tetes mata Dexamethason, serta mengetahui area kerja pembuatannya.

I.                   FORMULATION
a.                  Formula standar
DEXAMETHASONI NEOMYCINI GUTTAE OPTHALMICAE
Tetesmata Deksametason Neomisina
            Komposisi:            Tiap 10 mL  mengandung:
Dexamethasoni Natrii Phospas setara
dengan Dexamethasoni Phospas            10 mg
Neomycini Sulfas setara dengan
Neomycinum                                          35 mg
Benzalkonii Chloridum                          2 mg
Natrii bisulfis                                         32 mg
Zat tambahan yang cocok             secukupnya
Aqua destilata hingga                               1 mL
                              Penyimpanan         Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
            Dosis                     2 sampai 3 kali sehari 1 sampai 2 tetes.
Catatan                  1. Sebagai zat tambahan digunakan larutan dapar isotonus.
                              2.   Disterilkan dengan Cara sterilisasi C.
                              3.   Pada etiket harus tertera: Daluwarsa(1).
b.                  Formula modifikasi  
R/        Tiap 10 mL mengandung :
Dexamethasone sodium phosphate setara dengan
Dexamethason Phospate…………............10 mg 
                              Dinatrium edetat…………………………..0,1%
                              Benzalkonium klorida…………………...0,01%
                              PVP…………………………………………2 %
                              NaCl……………………………………….…q.s
                              Aquadest………………………………ad 10 mL
II.                TANGGUNG JAWAB
1.    yang bertanggung jawab atas pelaksanaan prosedur tetap ini.
2.    selaku supervisor dalam pelaksanaan prosedur tetap ini.

III.             DEFINISI
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, tetes mata merupakan sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir disekitar kelopak mata atau bola mata, umumnya dibuat dengan cairan pembawa berair yang mengandung pengawet terutama fenil raksa (II) nitrat atau fenil raksa (II )asetat 0,002 % b/v, Benzalkonium Klorida 0,01% b/v atau klorhexidina asetat 0,01% b/v yang  pemilihannya tergantung pada ketercampuran zat pengwet terhadap obat(2).
Tetes mata yaitu obat tetes steril yang umumnya bersifat isotonis dan isohidrik dimana digunakan dengan meneteskan ke dalam lekuk mata atau ke permukaan selaput bening mata, umumnya mengandung pengawet yang cocok. Definisi ini diperbaharui lagi dalam bukunya Ilmu Meracik Obat bahwa tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata(3).
Larutan untuk tetes mata dengan definisi resmi larutan untuk tetes mata adalah larutan steril yang dicampur dan dikemas untuk dimasukan ke dalam mata. Selain steril preparat tersebut memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap faktor-faktor farmasi seperti kebutuhan bahan antimikrobia, isotonisitas, dapar, viskositas dan pengemasan yang cocok(4).
Suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata seperti yang tertera pada Suspension. Obat dalam suspense harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan(5).
Syarat-syarat yang dikehendaki pada tetes mata antara lain :
1.   Steril(3).
2.   Bersifat isotonis dan isohidris(3).
3.   Stabil secara kimia dan mempunyai aktivitas terapi yang optimal(3).
Semua larutan untuk mata harus dibuat steril jika diberikan dan bila mungkin ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk menjamin sterilitas selama pemakaian. Larutan untuk mata yang dimaksudkan untuk digunakan selama operasi atau pada mata yang terkena trauma, umumnya tidak mengandung bahan pengawet, karena hal ini akan menyebabkan iritasi pada jaringan didalam mata. Larutan ini biasanya dikemas dalam wadah untuk dosis tunggal dan semua larutan yang tidak dipakai harus dibuang(4).
Meskipun larutan untuk mata disterilkan dengan uap air mengalir dalam otoklaf dalam wadah akhirnya, metode yang digunakan tergantung dari sifat khusus dari sediaannya. Obat-obat yang dalam media asam termostabil atau tahan panas dapat menjadi termolabil (tidak tahan panas) ketika didapar mendekati kisaran PH fisiologis (kira-kira 7,4). Jika diinginkan PH yang lebih tinggi, larutan obat yang belum didapar dapat dipanaskan dahulu dengan autoklaf dan larutan dapar steril ditambahkan kemudian secara aseptis. Dengan kekecualian garam basa kuat dengan asam lemah seperti natrium flurescein atau natrium sulfsetamid, larutan obat mata yang paling biasa yang disiapkan dalam pembawa asam borat dapat disterilkan dengan aman pada 1210 C selama 15 menit(4).
Bila obat tidak tahan terhadap pemanasan maka sterilitas dapat dicapai dengan menggunakan pelarut steril. Adapun pelarut yang sering digunakan yaitu :
1.   Larutan 2% asam borat (PH =5)
2.   Larutan Boraks- asam Borat (PH = 6,5)
3.   Larutan basa lemah Boraks- Asam Borat (PH = 8)
4.   Aquadestillata
5.   Larutan NaCl  0,9% (3).

Monografi Bahan:
1)                  Dexamethason Natrii Phospas
a.       Fungsi                      :  Zat aktif .
b.      Rumus Molekul        : C22H28FNa2O8P.
c.       Sinonim                    :  Deksametasoninatriumfosfaatti; Deksametazono natrio fosfatas; Dexametasona, fosfato sódico de; Dexametasonnatriumfosfat; Dexametazon-nátrium-foszfát; Dexamethason-fosfát sodná sůl; Dexamethasone Phosphate Sodium; Dexamethasoni Natrii Phosphas; Sodium Dexamethasone Phosphate(6).
d.      BM                           :  516,41.
e.       Deskripsi                  : Serbuk hablur, putih, atau agak kuning; tidak berbau atau agak berbau etanol; sangat higroskopis.
f.       Kelarutan                 : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam dioksan, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
g.      pH                            : antara 7,5 dan 10,5.
h.      BJ                             :  -
i.        Titik lebur                 :  -
j.        Inkompatibilitas       :  barbiturates, carbamazepine, phenytoin, primidone, rifampicin, aspirin(6).
k.      Penyimpanan            :  Dalam wadah tertutup baik(5).

2.                  Dinatrium Edetate
a.       Fungsi                      :  Bahan pembentuk kelat.
b.      Sinonim                    :  Disodium EDTA; disodium ethylenediaminetetraacetate; edathamil disodium; ristal disodium; edetic acid, disodium salt.
c.       Rumus Molekul        :  C10H14N2Na2O8.
d.      BM                           :  336,2.
e.       Deskripsi                  :  Serbuk ristal berwarna putih, tidak berbau dengan rasa sedikit asam.
f.       Kelarutan                 :  Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut dalam etanol 95%, larut dalam 11 bagian air.
g.      pH                            :  4,3 – 4,7.
h.      BJ                             :  -
i.        Titik Lebur               :  252 º C.
j.        Inkompatibilitas       :  Dinatrium edetat bersifat asam lemah, menggusur karbon dioksida dari karbonat dan bereaksi dengan logam membentuk hydrogen, agen pengoksidasi, basa kuat, ion logam, dan logam campuran.
k.      Penyimpanan            :  Simpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang kering dan sejuk(7).
3.                  Benzalkonium klorida
a.       Fungsi                      :  pengawet antimikroba, antiseptik, desinfektan, bahan pensolubilisasi, bahan pembasah.
b.      Sinonim                    :  Alkylbenzyldimethylammonium chloride; alkyl dimethyl benzyl ammonium chloride; BKC; Hyamine 3500; Pentonium; Zephiran.
c.       Rumus Molekul        : [C6H5CH2N(CH3)2R]Cl.
d.      BM                           : 360.
e.       Deskripsi                   : Serbuk amorf putih kekuningan atau puth, setebal gel atau kepingan gelatin, bersifat higroskopik, seperti sabun bila disentuh, dan sedikit berbau aromatis dan berasa sangat pahit.
f.       Kelarutan                 : Praktis tidak larut dalam eter, sangat larut dalam aseton, etanol (95%), metanol, propanol, dan air, larutan cair dari benzalkonium klorida akan berbusa ketika di kocok, memiliki tegangan permukaan rendah.
g.      Titik Lebur               : 40 º C.
h.      pH                            : 5–8 10% untuk larutan cair b/v.
i.        Berat Jenis                : 0.98 g/cm3 at 20°C.
j.        Inkompatibitas         : aluminum, surfaktan anionik, sitrat, cotton, fluorescein, hidrogen peroksida, hypromellose, iodides, kaolin, lanolin, nitrates, Surfaktan anionik pada konsentrasi tinggi, permanganates, protein, salicylates, garam perak, sabun, sulfonamid, tartrat, zinc oksida, zinc sulfat, beberapa campuran karet, dan beberapa campuran plastik.
k.      Penyimpanan            : Dalam wadah kedap udara, terlindungi dari cahaya dan kontak dengan logam, di tempat yang sejuk, dan kering(7).
4.                  PVP
a.       Fungsi                      :  agen pensuspensi, dissolution aid.
b.      Rumus Molekul        : (C6H9NO)n.
c.       Sinonim                    :  E1201; Kollidon; Plasdone; poly[1-(2-oxo-1-pyrrolidinyl)ethylene]; polyvidone; polyvinylpyrrolidone; Povidone; 1-vinyl-2-pyrrolidinone polymer.
d.      BM                           :  2500–3 000 000
e.       Deskripsi                  : Serbuk berwarna putih atau putih krem, sedikit berbau atau hampit tidak berbau, higroskopis.
f.       Kelarutan                 : larut dalam asam bebas, kloroform, etanol (95%), keton, metanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak mineral. Dalam air, konsentrasi larutan hanya dibatasi oleh viskositas larutan yang dihasilkan, yang merupakan fungsi dari K-value.
g.      pH                            : 3,0 – 7,0.
h.      BJ                             :  1,180 g/cm3.
i.        Titik lebur                 :  150 º C.
j.        Inkompatibilitas       :  sulfathiazole, natrium salisilat, asam salisilat, fenobarbital  tanin, dan senyawa lain, thimerosal.
k.      Penyimpanan            :  disimpan dalam wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering(7).
4.         NaCl
a.       Fungsi                      : Pengisotonis.
b.      Sinonim                    : Alberger; chlorure de sodium; common salt; hopper salt; natural halite; rock salt; saline; salt; sea salt; table salt.
c.       Rumus Molekul        : NaCl.
d.      BM                           : 58,44.
e.       Deskripsi                  : Serbuk kristal putih atau kristal tak berwarna, berasa saline,  natrium klorida padat tidak mengandung air dari kristalisasi meskipun dibawah 0 º C, garam mungkin terkristalisasi sebagai dihidrat.
f.       Kelarutan                 : Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, larut dalam gliserin, sukar larut dalam etanol.
g.      pH                            :  6,7 – 7,3.
h.      BJ                             :  2.17 g/cm3.
i.        Titik Lebur               :  804 ºC.
j.        Inkompatibilitas       :  besi, perak, garam merkuri, agen pengoksidasi kuat.
k.      Penyimpanan            : Dalam wadah tertutup rapat(7).

5.         Aquadestilata
a.       Fungsi                      : Pelarut.
b.      Sinonim                    : Aqua, hydrogen oxide.
c.       Rumus Molekul        : H2O.
d.      BM                           : 18,02.
e.       Deskripsi                  :  Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
f.       Kelarutan                 : Larut dalam beberapa pelarut polar.
g.      Titik Lebur               : 100 º C.
h.      pH                             : 5-7.
i.        BJ                              : 1.
j.        Inkompatibilitas       : Logam alkali, calcium oxide, magnesium oxide.
k.      Penyimpanan            : Dalam wadah tertutup rapat (7).
IV.             PELAKSANAAN

Metode                       : Sterilisasi dengan sterilisasi C
Obat (Dexamethason) dilarutkan ke dalam pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet (Benzalkonium klorida) dan larutan disterilkan dengan cara filtrasi dengan membran ke dalam wadah yang sudah steril secara aseptik dan tutup rapat.
Bahan dan Alat                    
Alat
Bahan
-          Spatel logam/ sendok
-          Pinset
-          pipet tetes
-          Batang pengaduk
-          Kaca arloji
-          Vial
-          Gelas piala
-          Corong
-          Erlenmeyer
-          Gelas ukur
-          Pipet
-          Balon karet, kertas saring
-          Buret
-          Aqua bidest
-          Ruangan
-          Dexamethason Natrii Phospat
-          Benzalkonium klorida
-          Dinatrium Edetat
-          PVP
-          NaCl
-          Aqua pro injeksi (API)






Prosedur Kerja
1.                  Sterilisasi alat dan bahan:
·                     Sterilisasi Alat:
No.
Nama alat
cara sterilisasi
1
sendok, karet pipet
direndam dalam etanol 70%, 24 jam
2
pinset, spatel logam, kertas saring
oven, 150º C, 1 jam
3
gelas ukur, pipet tetes, kaca arloji , gelas piala, corong, erlenmeyer.
autoklaf, 121º C 15 menit
4
Aquabidest
dididihkan 30 menit
5
Ruangan
lampu UV, 24 jam
6
Botol plastik + tutup drop
autoklaf, 121º C 15 menit

·                     Sterilisasi bahan
No.
Nama Bahan
Cara Sterilisasi
1.
Dexamethason Natrii Phospat
Lampu UV dalam LAF, 15 menit
2.
Benzalkonium Klorida
Lampu UV dalam LAF, 15 menit
3.
Dinatrium Edetat
Lampu UV dalam LAF, 15 menit.
4.
PVP
Lampu UV dalam LAF, 15 menit.
5.
NaCl
Lampu UV dalam LAF, 15 menit
6.
Aquadestilata
Dididihkan selama 30 menit.

2.                  Perhitungan dan penimbangan bahan formulasi
Perhitungan bahan formulasi :
·         Untuk 1 botol, volume dilebihkan 5 % sehingga menjadi = 10 ml + (5 % x 10) ml = 10,5 ml.
·         Volume 10,5 ml untuk dimasukkan ke dalam botol. Tujuan dilebihkan yaitu supaya Volume terpindahkan tetap 10 ml.
·         Volume total yang akan dibuat = 10 ml
Dexamethason Natrii Phospat setara
Dexamethason Phosfat 10 mg      = 10 mg.
Benzalkonium klorida                   = 0,01 % x 10 mL = 0,001 g.
Dinatrium Edetat                          = 0,1 %  x  10 mL   = 0,01 g.
PVP                                               = 2 % x 10 mL = 0,2 g.
NaCl                                               = 0,86%   x 10 mL = 0,086 g
Aquadestilata hingga 10 mL.
Penimbangan bahan:
Setiap Bahan Dilebihkan 5%:
Deksametason Natrium Fosfat  = 10 mg + (5% x 10 mg)
= 10,5 mg = 0,0105g.
Benzalkonium klorida               = 0,001 g + (5% x 0,001 g)
                                                   = 0,00105 g.
Dinatrium Edetat                       = 0,01 g + (5% x 0,01 g)
                                                   = 0,0105 g.
PVP                                            = 0,2 g + (5% x 0,2 g)
                                                   = 0,21 g.
NaCl                                           = 0,086 g + (5% x 0,086 g)
                                                   = 0,0903 g.
Perhitungan tonisitas :
·                     (10 mg/10 mL = 100 mg/100 ml= 0,1 g/100 mL=0,1 %).
Kadar Deksametason natrium fosfat adalah 0,11 %, maka ∆Tf-nya (∆Tf 1):
-       0,5 % Deksametason Natrium Fosfat ~ 0,050 °
-       0,1% Deksametason Natrium Fosfat ~ (0,1%/0,5%)x 0,050 ° ~ 0,01 °
·                     Kadar benzalkonium klorida adalah 0,01 %, maka ∆Tf-nya (∆Tf 2):
-       0,5 % benzalkoniumklorida ~ 0,048 °
-       0,01 % benzalkoniumklorida ~ (0,01 % / 0,5 %)x 0,048°~ 0,00096°
·                     Dinatrium Edetat yang dibutuhkan adalah 0,1 %, maka ∆Tf-nya (∆Tf 3):
-       0,5%  Dinatrium Edetat    ~         0,070°
-       0,1% Dinatrium Edetat     ~          (0,1% / 0,5%) X 0,070º ~ 0,014º
·                     ∆Tf total           = ∆Tf 1 + ∆Tf 2 + ∆Tf 3
                         = 0,01 ° + 0,00096° + 0,014
                         = 0,02496 o
·                     ∆Tf 0,9 % NaCl = 0,52 °
supaya ∆Tf total = ∆Tf 0,9 % NaCl, maka perlu ditambahkan NaCl sejumlah:
selisih ∆Tf          = 0,52 ° - 0,02496 o =  0,49504 °
·                     NaCl yang ditambahkan   = (0,49504° / 0,52 °) x 0,9 % 
= 0,86% (artinya 0,86 g dalam 100 ml)
untuk 10 ml dibutuhkan  = (10 / 100) x 0,856g
                                         = 0,086 g
                                         = 86 mg








3.                  Pembuatan tetes mata dexamethason:
Di tiimbang semua bahan pada kaca arloji sesuai dengan desain formula dan segera larutkan satu per satu bahan dengan aquabidest secukupnya. Bagi bahan-bahan yang tidak larut dalam aquabidest, maka dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut yang cocok.
 

Dimasukkan semua bahan ke dalam gelas piala yang dilengkapi batang pengaduk, dan tambahkan aquabidest hingga larut, bilas kaca arloji minimal dua kali.
 

Setelah semua bahan larut, dituang larutan tersebut ke dalam gelas ukur hingga volume 7,5 ml.

Dibasahi kertas saring lipat rangkap dua daengan menggunakan aquabidest, dimana air pembasah ditempatkan dalam satu erlenmeyer.
 

Disaring larutan dari gelas ukur ke erlenmeyer bersih dan steril melalui corong dan kertas saring yang telah dibasahi.
 

Dibilas gelas piala dengan aquabidest,di tuang hasil bilasan ke dalam gelas ukur hingga 2,5 ml dan di saring ke dalam erlenmeyer yang telah ada filtrat larutan sebelumnya.
 

Disaring kembali larutan yang telah tersaring melalui saringan G3 ke dalam kolom reservoir.
 

Di ad kan volume sampai 10 ml dengan NaCl 0,9% dan saring dengan penyaring bakteri.
 

Diisikan larutan ke dalam botol tetes yang telah dikalibrasi secara aseptik
 

Dipasang tutup botol, kemas dalam dos dan beri etiket luar

Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan

4.                  Evaluasi :
a.       Evaluasi Fisika
1)                  Organoleptik (bau, rasa, warna)
Dilakukan dengan cara melihat warna, mencium bau, dan rasa dari sediaan tetes mata.


2)                  Kejernihan larutan
Masukkan sediaan ke tabung reaksi
Sinari dari atas/samping dengan latar belakang sehelai papan yang separuhnya dicat hitam dan separuh dicat putih
Latar belakang hitam dipakai untuk menyelidiki kotoran berwarna muda, sedangkan latar belakang putih untuk kotoran berwarna gelap (5).
3)                  Volume terpindahkan
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah (kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi) secara hati-hati agar tidak membentuk gelembung udara
Diamkan selama tidak lebih dari 30 menit
Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran
Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket (5).
4)                  Penetapan pH
Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal (5).
5)                  Kebocoran
sediaan dalam kemasan diletakkan terbalik dengan ujung dibawah ketika disterilisasi akhir


Apabila wadah bocor maka isi dari wadah akan keluar

5.                  Pengemasan dan Penyimpanan:
Dilakukan pengemasan primer di white area, dan dikemas dalam wadah vial; pengemasan sekunder di black area. Penyimpanan di tempat yang sejuk dan kering, dibawah 25 º C dan jauh dari cahaya.






VI.             LAMPIRAN
      Semua literatur yang digunakan.
VII.          ACUAN/REFERENSI PROSEDUR TETAP
(1)               Anonim, 1978, Formularium Nasional, Departemen Kesesehatan RI, Jakarta, 96.
(2)               Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 10.
(3)               Anief, Moh., 2004, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press,  Yogyakarta, 155.
(4)               Ansel, C., Howard, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta, 541.
(5)               Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 159.
(6)               Anonim, 2007, Martindale:The Complete Drug Reference,The Pharmaceutical Press, London.
(7)               Rowe, Raymond, C., et al., 2006, The Handbook of Pharmaceutical Excipients (electronic version), Pharmaceutical Press, London.







0 komentar:

Posting Komentar